maaf.

memaafkan selalu menjadi hal yang mudah bagiku.

sebesar dan sesakit apapun hal yang dilakukan orang lain padaku, aku berusaha untuk memaafkannya. meski pun aku tak pernah membicarakannya langsung, tanpa meraka tahu, mereka sudah dapat maafku.

tapi, ada sesuatu yang tertinggal setelah aku memaafkan.

aku marah. aku kesal. aku merasa tidak berguna.

‘kamu sih, jadi orang baik banget. jangan mau dibegoin.’

‘lo tuh baperan banget deh. nggak asik diajak becanda.’

‘enak ya lo, sibuk ngabisisin duit orangtua.’

‘lo gendutan deh kayaknya.’

‘lo kok makin item sih?’

‘lo kuliah di swasta? kenapa gak negeri aja sih.’

‘nama kampus lo apaan? kok gue nggak pernah denger ya?’

mereka mengatakannya. banyak hal, yang terkadang membuat aku sakit hati. tapi kata mereka, itu hanya candaan. aku nya saja yang mainnya kurang jauh. terlalu terbawa perasaan. cengeng dan gampang marah.

tapi mereka tidak tahu, selemah apa hatiku.

mereka juga tidak tahu, diam diam, aku berusaha memaafkan.

tapi anehnya, setelah aku memberi maaf dengan mudahnya, aku marah pada diriku.

‘kenapa sih lo tuh baperan?’

‘kenapa sih lo tuh nggak asik?’

‘kenapa sih lo tuh cengeng?’

‘kenapa sih lo masuk swasta?’

‘kenapa sih lo gak kerja biar gak ngabisin duit ortu?’

‘kenapa sih lo hidup?’

memaafkan mungkin terasa mudah, jika itu menyangkut oranglain. sebesar dan seburuk apapun hal yang pernah mereka lakukan, aku berusaha memberi maaf.

tapi imbasnya, aku menyalahkan diriku sendiri. menyalahkan kenapa aku begini. kenapa aku harus menjadi seperti ini.

lalu kalau sudah begini, aku harus apa?

aku harus meminta bantuan siapa?

aku harus menyalahkan siapa?

percayalah, aku lelah.

Leave a comment