aku.

hari itu, aku menatapmu.

kamu tersenyum. tampan sekali. senyumanmu hangat, seperti matahari pagi. senyumanmu juga indah, seperti senja yang merekah.

kamu tahu, kata orang, cinta itu anugrah. cinta itu sesuatu yang indah. tapi cinta, tidak membiarkan kita memilih siapa orangnya.

jatuh cinta padamu, tidak pernah ada dalam rencanaku. semua benar-benar diluar kendaliku. aku bahkan tidak mengerti dan tidak tahu kapan sebenarnya rasa ini mulai mengetuk pintu.

tau tau saja, aku sudah jatuh dibuatnya. dalam sekali. sampai-sampai aku kesulitan untuk bangun.

“kamu beneran nggak mau pulang bareng?”

pertanyaanmu membuyarkan lamunanku. aku menatapmu sambil tersenyum kaku, lalu menggeleng. “nggak enak,” kataku.

kamu tertawa. “kayak sama siapa aja deh,” tukasmu.

aku tersenyum kecil. “udah gih sana. kasian yang nunggu,” kataku, mencoba mengusirmu.

“beneran nih?” tanyamu sekali lagi.

aku mengangguk pasti. “iya, ih! udah buruan sana pulang.”

kamu menatapku sebentar, lalu akhirnya menghela napas. kamu mengulurkan tanganmu, mengacak rambutku pelan. “yaudah, aku duluan ya. kamu hati-hati pulangnya.” pesanmu.

aku tersenyum. “iya,”

lalu kamu mulai melangkah pergi.

aku menatap punggungmu yang perlahan menjauhiku. lalu di depan gerbang sana, aku melihat seseorang tersenyum lebar padamu.

kamu mengulurkan tangan, untuk membawanya ke dalam pelukan. lalu kalian tertawa bersama. kamu terlihat, bahagia sekali. saat bersama dia, kamu seakan menjadi seseorang yang tidak aku kenal.

caramu tersenyum, caramu tertawa, caramu bersikap, semua hal itu berbeda saat kamu bersamanya. kamu terlihat lebih lepas. lebih bahagia.

kata orang, cinta itu anugrah. tapi beberapa dari mereka, memilih untuk bersembunyi.

termasuk aku.

tolong jangan bilang aku pengecut. aku hanya tidak ingin merusaknya. sesuatu yang sudah ada diantara kita.

kamu membawa dia masuk ke dalam mobilmu. kamu bahkan membukakan pintu untuknya. sebelum benar-benar pergi, kamu sekali lagi menatap ke arahku.

aku mencoba tersenyum. mengayunkan tangan dengan gerakan mengusirmu. kamu tertawa, lalu melambaikan tangan padaku. setelahnya, kamu juga masuk ke dalam benda itu, lalu mulai pergi meninggalkanku.

aku punya rahasia. yang mungkin tidak akan pernah kamu tahu.

diam-diam, aku mencintaimu.

kamu berhasil membuat aku jatuh.

tapi, kamu bersamanya.

tidak apa. aku cukup bahagia hanya dengan melihatmu bahagia.

aku teman baikmu.

aku sahabatmu.

dan selamanya, akan begitu.

Leave a comment